Sekolah Rakyat Unesa Siap Terima 150 Murid Tahun 2025

Sekolah Rakyat – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kembali menggebrak dunia pendidikan dengan langkah yang tak biasa—membuka Sekolah Rakyat yang siap menampung hingga 150 murid pada tahun 2025. Di tengah mahalnya biaya pendidikan dan masih banyaknya anak-anak yang terpinggirkan dari sistem sekolah formal, kehadiran Sekolah Rakyat ini seperti tamparan keras bagi sistem pendidikan konvensional yang kerap kali elitis. Unesa tidak hanya bicara, mereka bergerak, dan ini bukan sekadar proyek seremonial.

Sasaran Utama: Mereka yang Terlupakan

Sekolah Rakyat Unesa bukan untuk anak-anak kaya atau dari keluarga elite. Justru sebaliknya. Target utama mereka adalah anak-anak dari keluarga miskin, kelompok marginal, dan warga rentan yang kerap tak tersentuh fasilitas pendidikan memadai. Di balik konsep ‘rakyat’, ada semangat besar untuk melawan ketimpangan dan ketidakadilan dalam dunia pendidikan Indonesia. Tak ada biaya mahal, tak ada syarat rumit. Semua demi satu tujuan: memberi kesempatan belajar pada bonus new member 100 mereka yang kerap di abaikan negara.

Konsep Sekolah Alternatif yang Mencolek Hati

Bukan sekolah dengan seragam ketat, upacara membosankan, dan kurikulum kaku yang membunuh kreativitas. Sekolah Rakyat Unesa hadir sebagai alternatif radikal. Pendekatan yang di gunakan menekankan pada pembelajaran kontekstual, eksploratif, dan humanistik. Di sini, murid bukan hanya di haruskan menghafal, tapi di ajak berpikir, merasa, dan bertindak sesuai nilai-nilai kemanusiaan.

Materi pelajaran disusun berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat, bukan sekadar teori yang jauh dari kehidupan mereka. Ada pelajaran kewirausahaan, literasi, numerasi fungsional, bahkan pelatihan keterampilan seperti pertanian urban, pengelolaan sampah, hingga seni budaya lokal. Ini adalah sekolah yang hidup, bukan gedung mati yang hanya menghasilkan nilai slot.

Baca juga : Masa Depan Karier Jurusan Akuntansi di Era Digital

Dukungan Mahasiswa dan Dosen, Bukan Guru Biasa

Yang lebih mengejutkan, para pengajarnya bukan guru biasa. Sekolah ini akan melibatkan mahasiswa dan dosen dari berbagai fakultas di Unesa. Ini bukan hanya bentuk pengabdian, tapi sekaligus pendidikan bagi mahasiswa untuk merasakan langsung realitas sosial dan belajar dari masyarakat. Ini adalah simbiosis yang saling menguatkan—anak-anak rakyat mendapat pendidikan, dan mahasiswa belajar menjadi manusia seutuhnya, bukan sekadar pencari gelar.

Mahasiswa yang ikut terlibat akan mendapat pelatihan pedagogis khusus, agar mampu menghadapi tantangan unik yang ada dalam sistem pendidikan alternatif. Dosen-dosen lintas disiplin juga akan menanamkan nilai-nilai kritis dan empati sosial yang kerap absen dalam dunia akademik yang terlampau teknokratis.

Dari Komunitas, Untuk Komunitas

Sekolah Rakyat Unesa akan di tempatkan di lokasi strategis yang dekat dengan pemukiman warga marginal. Fasilitasnya sederhana, tapi maknanya mendalam. Semua elemen akan di rancang agar inklusif—tidak hanya secara fisik, tapi juga secara psikologis dan sosial. Sekolah ini adalah ruang aman bagi anak-anak yang sebelumnya tidak pernah punya ruang.

Dan yang paling penting, pengelolaan sekolah ini melibatkan komunitas. Orang tua murid di libatkan dalam pengambilan keputusan, pengembangan materi, hingga kegiatan harian. Ini adalah pendidikan yang di tanam dari akar rumput, bukan dari menara gading birokrasi.

Tantangan Besar di Depan Mata

Tentu saja, bukan tanpa hambatan. Pendanaan, stigma, hingga keberlanjutan jadi tantangan nyata. Tapi Unesa seolah ingin membuktikan bahwa lembaga pendidikan tinggi tidak boleh hanya sibuk urusan akademik semata. Mereka harus turun ke jalan, menyentuh tanah, dan mendengar jeritan rakyat. Sekolah Rakyat adalah simbol perlawanan terhadap sistem pendidikan yang makin kapitalistik.

Dengan target 150 murid di tahun 2025, Sekolah Rakyat Unesa telah menyalakan obor perubahan. Ini bukan sekadar langkah kecil, ini adalah ledakan gagasan yang bisa mengubah wajah pendidikan Indonesia—asal berani melawan arus.